NUSANTARA LESTARI JAYA

Rabu, 09 November 2011

LOGO PENGAWAS PERIKANAN

 

Makna Logo Pengawas Perikanan :

  • Warna biru melambangkan perairan indonesia yang kaya akan sumber daya kelautan dan perikanan untuk dimanfaatkan oleh masyarakat.
  • Warna emas melambangkan kecerdasan dan nilai luhur jiwa pengawas kelautan dan perikanan yang senantiasa diabdikan bagi nusa bangsa.
  • Pita sebagai dasar NUSANTARA LESTARI JAYA  adalah semangat kerja pengawas kelautan dan perikanan yang kokoh demi tegaknya rasa kesatuan dan persatuan pengurus kelautan dan perikanan.
  • Padi dan kapas melambangkan cita-cita bangsa demi tercapainya kemakmuran yang berkeadilan bagi sebesar-besar kemaslahatan masyarakat.
  • Perisai melambangkan ketangguhan, keuletan dan kewaspadaan seorang pengawas kelautan dan perikanan dalam menjalankan tugas.
  • Bintang melambangkan semangat seorang pengawas kelautan dan perikanan yang senantiasa mampu memberikan suri tauladan bagi masyarakat pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan.
  • Logo disematkan ditopi yang mengandung makna tegaknya disiplin, hirarki dan kehormatan pengawas kelautan dan perikanan.






KUMPULAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kumpulan Peraturan dan Perundang-undangan :

  1. Penghapusan Jaring Trawl (Kep Pres RI Nomor 39 tahun 1980) klik disini
  2. Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (UU RI No. 05 TAHUN 1990) klik disini
  3. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU RI No. 32 Tahun 2009) klik disini
  4. Konservasi Sumberdaya Ikan (Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007) klik disni
  5. Pengangkatan PNS dalam jabatan fungsional melalui penyesuaian/inpassing klik disini
  6. Jabatan Fungsional Pengawas Perikanan (PerMenPanRB nomor 25 tahun 2017) klik disini

Senin, 31 Oktober 2011

KUMPULAN E-BOOK DAN PAPER

Kumpulan e-book
  1. International management of tuna fisheries klik disini
  2. Conservation & management of Transnational Tuna FIsheries klik disini
Kumpulan Papers :
  1. Behaviour of yellowfin tuna (Thunnus albacares) and skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) around fish aggregating devices (FADs) in the Comoros Islands as determined by ultrasonic tagging klik disini
  2. An Overview of the Exploitation, Trade and Management of Corals in Indonesia klik disini
  3. Spawning Aggregations of coral reef fishes: Characteristics, hypotheses, threats and Management klik disini
  4. Toothfish crises, actor diversity and the emergence of compliance mechanisms in the Southern Ocean klik disini

Selasa, 25 Oktober 2011

DAFTAR SNI PERIKANAN


Berikut daftar produk perikanan dan kelautan yang telah mempunyai SNI :

  1. Produksi benih ikan nila hitam klik disini
  2. Induk ikan nila hitam klik disini
  3. Ikan patin jambal klik disini
  4. Ikan Asap (persyaratan bahan baku) klik disini
  5. Ikan patin jambal klik disni
  6. Kerupuk Udang klik disini
  7. Prosedur pengambilan dan pengiriman contoh ikan untuk pemeriksaan penyakit klik disni
  8. Ikan Asin Kering klik disini
  9. Pakan buatan untuk ikan kerapu kelas pembesaran klik disini
  10. Produksi induk ikan nila hitam klik disini
  11. Pakan buatan untuk ikan gurami klik disini
  12. Ikan Asing Kering (penanganan dan pengolahan) klik disini
  13. Benih ikan nila hitam klik disini

MENJAGA KESEGARAN IKAN


Bagaimana Menjaga Kesegaran Ikan dengan Handling dan Packing

Dalam mempersiapkan produk hasil laut, harus diperhatikan proses setelah penangkapan sehingga ikan yang ditangkap tetap segar sampai di tangan konsumen. Dua di antaranya adalah tentang handling (penanganan) dan packing (pengemasan). Dengan memperhatikan proses penangkapan dan pasca penangkapan, diharapkan kualitas produk ikan segar tersebut dapat terjaga dan diterima oleh pasar yang lebih luas. Ini merupakan investasi jangka panjang program Seafood Savers yang sedang dibangun oleh WWF Indonesia untuk menjaga keberlangsungan produk laut Indonesia.
Proses handling dan packing terdiri atas tahap-tahap yang perlu diperhatikan dengan baik. Jika kedua proses tersebut dilakukan dengan benar, kualitas ikan yang dijual akan terjaga sehingga nelayan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari ikan yang mereka tangkap secara lebih efisien dan efektif. Ini artinya, mereka tidak akan banyak membuang hasil tangkapan yang berkualitas buruk di mana hal tersebut mendorong mereka untuk kembali melakukan penangkapan di laut secara berlebihan dan tidak bertanggung jawab.

Handling (penanganan)
Handling adalah penanganan ikan segar setelah ditangkap atau dipanen. Penanganan ikan segar hasil perikanan tangkap maupun budidaya pada prinsipnya hampir sama, yaitu menekankan pada kebersihan dan kualitas ikan agar diperoleh ikan segar dengan kondisi yang tetap prima.
Berikut tahapan proses handling ikan segar:

  1. 1.       Penangkapan ikan menggunakan cara dan alat tangkap yang seminimal mungkin dapat merusak kualitas fisik ikan. Penggunaan cara dan alat tangkap yang merusak seperti bom ikan dan potas, selain menimbulkan dampak sangat negatif terhadap ekosistem laut, juga berdampak buruk pada kualitas ikan hasil tangkapan.
  2. 2.      Siapkan lumpur es (ice chilled); lumpur es adalah campuran ES dan AIR LAUT dengan perbandingan 2 : 1 bersuhu tepat 0°C (gunakan thermometer digital). Jika suhu belum mencapai 0°C tambahkan ES. Lumpur es bisa ditempatkan pada palka kapal (usahakan memakai palka yang kedap air) atau bisa menggunakan box fiber secukupnya. Lumpur es ini bertujuan untuk mematikan ikan seketika dengan tujuan daging ikan tetap dalam kondisi prima (cold shock kill) dan pembekuan (chilling), selain itu secara tidak langsung juga untuk membersihkan tubuh ikan dari kotoran yang melekat.
  3. 3.       Ikan hidup yang telah ditangkap langsung dimasukkan ke dalam palka atau box fiber yang berisi lumpur es. Pertahankan suhu pada 0°C, jika suhu naik tambahkan es kembali.  Pada tahap ini bisa dilakukan pemilihan ikan berdasarkan ukuran dan kualitas, atau bisa juga tahap pemilihan tersebut dilakukan pada proses packing ikan.
  4. 4.        Jumlah ikan yang masuk selama tahap cold shock kill adalah 50-60 persen dari kapasitas palka atau box fiber.
  5. 5.        Setelah kapasitas palka atau box fiber terpenuhi, buang/sedot air, kemudian tambahkan es secukupnya untuk proses pembekuan (chilling).
  6. 6.       Proses chilling dilakukan selama 5 jam, pada 2 jam pertama cek suhu tengah ikan (center body) dengan cara menusukkan thermometer pada anus hingga mencapai bagian tengah ikan. Jika suhu belum mencapai 0°C tambahkan es. Cek suhu tengah ikan untuk masing-masing palka atau box fiber. Ulangi prosedur tersebut pada 2 jam kedua dan saat proses chilling sampai 5 jam. Pastikan suhu tengah ikan 0°C sebelum ikan masuk packing.
Packing (pengemasan)

  1. 1.       Siapkan perlengkapan packing: box fiber/box styrofoam, plastik pelapis, spidol, stiker label, tali strapping, lakban putih, dan sarung tangan.
  2. 2.       Cek suhu tengah ikan yang telah diproses chilling.
  3. 3.       Siapkan box fiber atau box styrofoam, lapisi bagian dalamnya dengan plastik (plastik berguna untuk menjaga suhu ruang dalam boks tetap stabil sehingga suhu tengah tubuh ikan tidak naik lebih dari 2°C, isi es dengan ketebalan 5 cm.
  4. 4.       Masukkan ikan ke dalam boks dengan posisi perut di atas (bertujuan agar daging bagian bawah ikan tidak rusak) secara berjajar (horisontal). Susunan dari bawah ke atas es-ikan-es-ikan-es dan seterusnya.
  5. 5.        Setelah boks penuh (kapasitas fiber 120 kg, styrofoam 30 kg disesuaikan ukuran boks) lapisi bagian atas dengan es setebal 5-10 cm.
  6. 6.        Kebutuhan es dalam boks disesuaikan dengan alat transportasi pengangkut dan juga jarak tempuh hingga sampai ke tangan konsumen.
Saat ini, WWF Indonesia sedang membuat panduan mengenai praktek perikanan yang lebih baik , di antaranya adalah handling dan packing, dalam serial dokumen BMP (Better Management Practices) Perikanan. Salah satu serial BMP tersebut adalah mengenai perikanan karang tangkap.

Pada dokumen tersebut diberikan semacam guidelines mengenai cara tangkap yang ramah lingkungan serta spesifikasi berat dan panjang ikan yang layak untuk ditangkap. Misalnya, ikan kerapu X, minimal harus mencapai ukuran panjang XX cm, baru boleh ditangkap. Kalau kurang dari XX cm maka ikan kerapu tersebut masih remaja, artinya belum bereproduksi.

Dengan menetapkan ukuran minimal ikan yang boleh ditangkap, diharapkan ikan tersebut minimal telah bereproduksi  satu kali sebelum ikan tersebut ditangkap nelayan. Dengan begitu, stok ikan di laut akan tetap terjaga.

Pemisalan tersebut digunakan karena setiap jenis ikan (dalam kasus ini kerapu dan kakap) memiliki ukuran tangkap minimum yang berbeda pula. Contoh : Plectropomus maculatus atau yang disebut dengan kerapu sunu atau sunu memiliki ukuran tangkap minimum 54 cm, sedangkan Cromileptes altivelis atau yang disebut kerapu bebek atau kerapu tikus memiliki ukuran tangkap minimum 39 cm, sementara itu Lutjanus malabaricus atau yang disebut kakap merah memiliki ukuran tangkap minimum 54 – 57.6 cm. Perbedaan ukuran tangkap minimum dari ikan – ikan tersebut tergantung pada siklus reproduksi mereka yang berbeda – beda satu dengan lainnya.

Senin, 24 Oktober 2011

FORMALIN PADA IKAN


TIPS PRAKTIS MENGENALI MAKANAN YANG DIBERI FORMALIN :

Prinsipnya adalah makanan yang
diberi formalin akan awet, keras dan tidak membusuk. Ikan yang diberi formalin
tidak akan dimakan oleh kucing sebab kucing memiliki penciuman yang tajam
terhadap bau formalin. Walaupun manusia tidak bisa mencium bau formalin pada
bahan makanan namun kucing atau anjing memiliki penciuman yang tajam sehingga
hewan ini tidak akan makan makanan yang mengandung formalin. Kesimpulannya jika
ayam atau ikan yang kita berikan kepada kucing namun kucing tidak mau makan
maka ikan tersebut sudah diberi formalin
Ciri kedua adalah
ikan yang diberi formalin tidak akan didatangi dan dikerubungi oleh lalat.
Lalat memiliki penciuman yang tajam jika ada hewan yang mati maka akan langsung
datang menghampiri hewan yang mati tersebut. Jika ayam dan ikan diberi formalin
maka lalat tidak akan datang menghampirinya. Tips ini dapat kita pakai saat
hendak membeli ikan atau ayam di pasar.

CIRI-CIRI IKAN YANG MENGANDUNG FORMALIN DAN IKAN YANG SEGAR TANPA FORMALIN :

Ciri-ciri ikan yang mengandung formalin :
1. Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius)
2. Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar
3. Warna daging ikan putih bersih
4. Bau menyengat, bau formalin, dan kulit terlihat cerah mengkilat
5. Daging kenyal
6. Lebih awet dan tidak mudah busuk walau tanpa pengawet seperti es
7. Ikan Berformalin Dijauhi Lalat
8. Tidak terasa bau amis ikan
Ciri ikan segar tanpa formalin :
1. Bila dalam 1 hari pun tanpa pengawetan misalnya dengan es maka ikan akan rusak dan tidak layak konsumsi lagi.
2. warna ingsang merah dan cemerlang dan terlihat segar
3. Bau ikan khas dan segar
4. lebih mudah busuk bila tanpa diawetkan terus dengan es
5. Ikan dapat dihinggapi lalat
Ciri-ciri Ikan asin berformalin :
- Tidak rusak sampai lebih dari sebulan pada suhu kamar(25°C)
- Warna bersih dan cerah
- Tidak berbau khas ikan asin dan tidak mudah hancur
- Tidak dihinggapi oleh lalat bila diletakkan di tempat terbuka
Ciri-ciri ikan asin tanpa formalin :
-Warna ikan asin ada yg kecokelatan
- Aroma masih khas ikan asin
- Dagingnya rentan / mudah hancur
- Dapat dihinggapi lalat

CARA UNTUK MELAKUKAN PENGUJIAN KANDUNGAN FORMALIN PADA BAHAN MAKANAN

Umumnya, formalin merupakan larutan formaldehida 37% dalam larutan air. Cara mengisolasi formalin dari makanan (misalkan tahu) dapat dilakukan dengan mengekstrak makanan menggunakan pelarut H2O pada suhu ruangan. Analisis formalin bisa dilakukan dengan metode enzimatis secara fluorimetri, HPLC, GC dan spektrofotometri. Dari kesemuanya yang sering digunakan, yakni metode spektrofotometri (karena mudah dan murah) dengan mereaksikan formalin dengan alkanon dalam media garam asetat sehingga terbentuk senyawa kompleks
berwarna kuning.

Jumat, 21 Oktober 2011

DAFTAR IKAN DILINDUNGI

Daftar Ikan Dilindungi berdasarkan kelompoknya, berdasarkan PP No.7/1999 klik disini
1. Mammalia (Menyusui):
  • Duyung (Dugong dugon)

  • Lumba-lumba airlaut (semua jenis dari famili dolphinidae),(Dolphinidae)

  • Lumba-lumba airlaut (semua jenis dari famili ziphiidae, (Ziphiidae)

  • Lumba-lumba air tawar, pesut (Orsaella brevirostris)

  • Musang Air (Cynogale bennetti)

  • Paus (semua jenis dari famili catacea), (Catacea)

  • Paus Bongkok (Megaptera novaeangliae)

  • Paus Bersirip (Balaenoptera physalus)

  • Paus Biru (Balaenoptera muculus)

    2. Reptilia (Melata):
    • Buaya Airtawar Irian (Crocodylus novaeguineae)

    • Buaya muara (Crocodylus porosus)

    • Buaya siam (Crocodylus siamensis)

    • Buaya Sipit, Senyulong (Tomistoma schlegelii)

    • Kura-kura gading (Orlitia borneensis)

    • Kura-kura Irian (Careotochelys insculpta)

    • Kura-kura Irian Leher Panjang (Chelodina novaeguineae)

    • Kura-kura Irian Leher Pendek (Elseya novaeguineae)

    • Labi-labi besar (Chitra indica)

    • Penyu Belimbing (Demochelys coriacea)

    • Penyu Hijau (Chelodina mydas)

    • Penyu Pipih (Natator depressa)

    • Penyu Ridel (Lepidochelys Olivacea)

    • Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)

    • Penyu Tempayan (Caretta caretta)

    • Soa Payung (Chlamydosourus kingii)
      3. Pisces (Ikan Bersirip):
      • Arowana Irian, Peyang Irian, Kaloso (Scleropages jardini)

      • Arowana Malaya, Peyang Malaya, Tangkelasa (Scleropages formasus)

      • Belida Jawa, Lopis Jawa, semua jenis dari Notopterus,(Notopterus, spp)

      • Hiu Sentani, Pari Sentani, semua jenis dari Pritis, (Pritis, spp)

      • Ikan Raja Laut (Latimeria chalumnae)

      • Selusur Maninjau (Homaloptera gymnogaster)

      • Wader goa (Pintius microps)
        4.  Antozoa:
        Akar Bahar, Koral Hitam, semua jenis Anthiphates, (Anthiphates, spp)

        5. Bivalvia:
        • Ketam Kelapa (Birgus latro)

        • Ketam Tapak Kuda (Tachipleus gigas)

        • Kepala Kambing (Cassis cornuta)

        • Kima Cina (Hippopus porcellanus)

        • Kima Kecil (Tridacna maxima)

        • Kima Kunia, Lubang (Tridacna crocea)

        • Kima Raksasa (Tridacna gigas)

        • Kima Selatan (Tridacna derasa)

        • Kima Sisik, Kima Seruling (Tridacna squamosa)

        • Kima Tapak Kuda, Kima Kuku Beruang (Hippopus hippopus)

        • Nautilus Berongga (Nautilus popillius)

        • Siput Hijau, Batu Laga (Turbo Marmoratus)

        • Tritor Terompet (Charonia tritonis)

        • Troka, Susur Bundar (Trochus niloticus)